Sudah genap satu tahun usia pernikahan kami, Happy Couple. Setahun menjalani pernikahan ini, kami bersyukur dianugerahi calon buah hati. Sekarang sudah jalan 22 minggu kehamilan dan selama itu pula, calon buah hati kami ini sudah jalan-jalan ke Puncak, Bogor bulan September kemarin. Dan, destinasi selanjutnya... Pulau Tidung, Kepalauan Seribu.
Seminggu sebelumnya, aku coba hubungi Mas Didi dari Nuansa Tidung Tour untuk bisa mengurus akomodasi wisata kami di Pulau Tidung. Buat teman-teman yang berencana berlibur kesana saat weekend, aku menyarankan lebih baik kalian menggunakan jasa travel. Karena untuk hari biasa jumlah wisatawan mencapai 300-600 orang. Tapi kalau sudah weekend, jumlahnya bisa mencapai 7.000 orang. Kalian akan kesusahan di lokasi wisata ketika mencari kapal penyeberangan, penginapan, sepeda, kapal dan perlengkapan snorkeling, dll.
Dari Cilegon, kami berangkat pukul 03.00 pagi dan menggunakan bus Merak - Tanjung Priuk. Jam 06:30 kami naik taksi dari Tanjung Priuk menuju pelabuhan Muara Angke. Sayangnya, kami terlambat tiba di Muara Angke, jam 7 janjinya kami harus sudah tiba di lokasi, akhirnya kami menggunakan kapal lain dan harus merogoh kantong 35.000 per orang untuk sampai di Pulau Tidung. Beginilah penampakan kapal tradisional yang membawa kami akhirnya sampai di Pelabuhan Utama Pulau Tidung.
Sampai di Pulau Tidung waktu sudah menunjukkan jam 11:30, kami check in di penginapan dan bersiap untuk kegiatan pertama kami... snorkeling.
Jam 13:00 kami telah siap berangkat. Spot untuk snorkeling kami ada di sekitar pulau Payung. Perjalanan dari Dermaga Utama (foto atas) menuju tujuan ditempuh selama 30 menit menggunakan kapal motor kecil. Tidak seperti wisatawan lain yang harus berkelompok dengan satu kapal, kami sedikit berbeda. Saat itu dari pihak Mas Didi menyewakan kapal snorkeling hanya untuk kami berdua. Alhasil, bak kapal pribadi, kami berangkat menuju Pulau Payung. Dalam perjalanan, kami melewati pulau Tidung kecil yang dihubungkan oleh jembatan cinta yang fenomenal itu.
Awalnya Lita-ku tidak berniat untuk snorkeling mengingat dia sedang hamil, tapi atas bujukan Mas Iis, tour guide kami saat itu, dan sedikit rayuanku, akhirnya Lita mau terjun ke air untuk ber-snorkeling bersama. Sedikit tips, jangan lupa bawa roti atau cracker atau malkist Roma buat ngasih makan ikan-ikannya disana. Ikan-ikan kelaparan itu akan langsung menyerbu bekal makanan kalian dan saat itulah kalian bisa mengabadikan momen tersebut dengan camera underwater. Sayangnya karena wisatawan yang banyak kami gak kebagian kameranya. Tapi, sensasi snorkeling pertama kali ini bagi kami begitu mengesankan. Sangat menyenangkan.
Ini pertama kalinya Lita mencoba berenang. Awalnya dia agak kesusahan karena terombang-ambing arus. Namun, dalam waktu singkat, Lita mulai menguasai keadaan dan mulai menikmati ikan-ikan kecil yang sudah sedari tadi menunggu "disuapi".
"Ikaaaan....Ikaaaaaan...", dia berteriak histeris meski peralatan snorkeling itu membuat mulutnya tertutup digunakan untuk bernafas.
Walaupun Lita sudah bisa menikmati asiknya ber-snorkeling, tapi buat ibu hamil seperti dia agak susah untuk menstabilkan tubuh yang sudah berbadan dua itu. Sesekali tubuhnya membalik keatas (mirip gaya punggung). Kemudian sekitar jam 3 sore, kami menyudahi snorkelingnya dan kembali ke penginapan.
Jam 5 kami sudah harus siap karena kami akan bersepeda menjelajah pantai Tanjung Barat di pesisir barat pulau Tidung ini untuk menikmati sunset. Dari tempat kami menginap, kami akan bersepeda ke barat kurang lebih 1,2 kilometer.
Karena kami menggunakan travel, jadi sepeda untuk kami berdua sudah disiapkan. Jika kalian ingin menyewa sendiri sepeda semacam itu, cukup dengan Rp 15.000,- bisa kalian gunakan sepuasnya.
Jalan menuju Tanjung Barat di pesisir barat Pulau Tidung ini ditempuh dalam waktu 15-20 menit bersepeda. Jalanan yang dilalui meliputi gang-gang rumah penduduk yang berpaving-paving dan jalanan berpasir menembus hutan-hutan yang tidak begitu lebat hingga di tempat tujuan yang makin berpasir.
Akhirnya matahari pun kembali ke peraduannya. Berkas sinarnya masih cukup untuk menerangi perjalanan kembali ke penginapan...
Malam sekitar jam 19:30, kami bertemu Mas Iis di Dermaga Utama tempat kami berangkat snorkeling tadi siang untuk menikmati ikan bakar dan cumi bakar khas Pulau Tidung. Ikan yang dibakar adalah ikan tengkek. Ada yang menyebutnya Blue Runner, Hardtail Jack, atau nama latin Megalaspis cordyla. But, whatever it is...lets find out how good this grilled fish in our mouth..
Dingin dan kelaparan, sebenarnya tidak ada rasa yang istimewa dari ikan tengkek bakar ini. Cuman, berhubung sudah lapar dan dingin karena kita lagi ada di dekat laut. Rasanya sedikit agak spesial.
Sekian untuk hari ini.
Kisah besok akan ditulis di postingan selanjutnya.
Dari Cilegon, kami berangkat pukul 03.00 pagi dan menggunakan bus Merak - Tanjung Priuk. Jam 06:30 kami naik taksi dari Tanjung Priuk menuju pelabuhan Muara Angke. Sayangnya, kami terlambat tiba di Muara Angke, jam 7 janjinya kami harus sudah tiba di lokasi, akhirnya kami menggunakan kapal lain dan harus merogoh kantong 35.000 per orang untuk sampai di Pulau Tidung. Beginilah penampakan kapal tradisional yang membawa kami akhirnya sampai di Pelabuhan Utama Pulau Tidung.
Sampai di Pulau Tidung waktu sudah menunjukkan jam 11:30, kami check in di penginapan dan bersiap untuk kegiatan pertama kami... snorkeling.
Jam 13:00 kami telah siap berangkat. Spot untuk snorkeling kami ada di sekitar pulau Payung. Perjalanan dari Dermaga Utama (foto atas) menuju tujuan ditempuh selama 30 menit menggunakan kapal motor kecil. Tidak seperti wisatawan lain yang harus berkelompok dengan satu kapal, kami sedikit berbeda. Saat itu dari pihak Mas Didi menyewakan kapal snorkeling hanya untuk kami berdua. Alhasil, bak kapal pribadi, kami berangkat menuju Pulau Payung. Dalam perjalanan, kami melewati pulau Tidung kecil yang dihubungkan oleh jembatan cinta yang fenomenal itu.
Awalnya Lita-ku tidak berniat untuk snorkeling mengingat dia sedang hamil, tapi atas bujukan Mas Iis, tour guide kami saat itu, dan sedikit rayuanku, akhirnya Lita mau terjun ke air untuk ber-snorkeling bersama. Sedikit tips, jangan lupa bawa roti atau cracker atau malkist Roma buat ngasih makan ikan-ikannya disana. Ikan-ikan kelaparan itu akan langsung menyerbu bekal makanan kalian dan saat itulah kalian bisa mengabadikan momen tersebut dengan camera underwater. Sayangnya karena wisatawan yang banyak kami gak kebagian kameranya. Tapi, sensasi snorkeling pertama kali ini bagi kami begitu mengesankan. Sangat menyenangkan.
Ini pertama kalinya Lita mencoba berenang. Awalnya dia agak kesusahan karena terombang-ambing arus. Namun, dalam waktu singkat, Lita mulai menguasai keadaan dan mulai menikmati ikan-ikan kecil yang sudah sedari tadi menunggu "disuapi".
"Ikaaaan....Ikaaaaaan...", dia berteriak histeris meski peralatan snorkeling itu membuat mulutnya tertutup digunakan untuk bernafas.
Walaupun Lita sudah bisa menikmati asiknya ber-snorkeling, tapi buat ibu hamil seperti dia agak susah untuk menstabilkan tubuh yang sudah berbadan dua itu. Sesekali tubuhnya membalik keatas (mirip gaya punggung). Kemudian sekitar jam 3 sore, kami menyudahi snorkelingnya dan kembali ke penginapan.
Jam 5 kami sudah harus siap karena kami akan bersepeda menjelajah pantai Tanjung Barat di pesisir barat pulau Tidung ini untuk menikmati sunset. Dari tempat kami menginap, kami akan bersepeda ke barat kurang lebih 1,2 kilometer.
Karena kami menggunakan travel, jadi sepeda untuk kami berdua sudah disiapkan. Jika kalian ingin menyewa sendiri sepeda semacam itu, cukup dengan Rp 15.000,- bisa kalian gunakan sepuasnya.
Jalan menuju Tanjung Barat di pesisir barat Pulau Tidung ini ditempuh dalam waktu 15-20 menit bersepeda. Jalanan yang dilalui meliputi gang-gang rumah penduduk yang berpaving-paving dan jalanan berpasir menembus hutan-hutan yang tidak begitu lebat hingga di tempat tujuan yang makin berpasir.
Akhirnya tibalah di Tanjung Barat. Bersama Mas Is, tour guide lokal kami, kami mengabadikan momen-momen sunset bersama banyak wisatawan lain.
Malam sekitar jam 19:30, kami bertemu Mas Iis di Dermaga Utama tempat kami berangkat snorkeling tadi siang untuk menikmati ikan bakar dan cumi bakar khas Pulau Tidung. Ikan yang dibakar adalah ikan tengkek. Ada yang menyebutnya Blue Runner, Hardtail Jack, atau nama latin Megalaspis cordyla. But, whatever it is...lets find out how good this grilled fish in our mouth..
Dingin dan kelaparan, sebenarnya tidak ada rasa yang istimewa dari ikan tengkek bakar ini. Cuman, berhubung sudah lapar dan dingin karena kita lagi ada di dekat laut. Rasanya sedikit agak spesial.
Sekian untuk hari ini.
Kisah besok akan ditulis di postingan selanjutnya.
0 comments:
Posting Komentar
Tolong, biarkan aku mencarimu...