Kalo bulan Ramadhan tiba suka gak suka aku harus mengeset ulang aktivitas harian. Terutama waktu tidur. Jam 11 adalah waktu dimana aku seharusnya sudah berada di atas kasur (catet ya, kasur! bukan WC) karena jam 3 pagi harus sudah melek buat sahur. Pada malam tadi seharusnya aku sudah sampai di Kepulauan Bahama buat jadi juri pada malam pemilihan Miss Universe 2009 (ngarep). Tapi kepergianku di sabotase oleh sekawanan nyamuk yang tidak tahu untung dan gak ikhlas liat orang seneng.
Satu hal yang paling aku benci ketika pulang ke rumah, disini nyamuk populasinya unlimited. Tidak seperti kontrakan di Semarang, mau berbalut celana pendek dan kaos daleman, nyamuk gak ada selera dengan darah segarku, kalaupun ada aku yakin mereka khilaf melakukannya. Aku berpikir sebanyak itu nyamuk-nyamuk itu kamu bunuh, sebanyak itu pula mereka masuk rumah. Gak ada habisnya. Ada beberapa diantara mereka yang mungkin saja menyambut selamat datang kepadaku. Mereka sudah tak sabar dengan aroma darahku. Dengan mengikat celemek dan mengasah mulut runcing yang menyebalkan itu, malam itu mereka menunggu makan malamnya terlelap.
Aku yang sudah hafal dengan situasi ini biasanya sebelum tidur harus cukup bersiap diri sebelum tidur. Yang wajib pakai biasanya sarung dan sweater lengan panjang. Oh ya, satu lagi kaos oblong putih buat nutupin kepala (Hmmm?!!). Justru yang satu itu penting karena sasaran empuk nyamuk-nyamuk itu buat gangguin tidur adalah sekitar kepala, khususnya kuping. Kain yang kupilih putih warna putih karena nyamuk demen banget sama warna-warna gelap apalagi hitam. Waktu tidur aku pastikan posisi hidung tidak dalam jangkauan nyamuk-nyamuk keparat itu karena gas karbondioksida yang kita keluarkan mengundang perhatian nyamuk. Ribet gila gak tuh?! Well memang begitu keadannya.
Buat aku sendiri, aku sangat selektif terhadap posisi tidur yang enak plus tidak dihabisi nyamuk. Pengen sih niru posisi tidurnya Rasululloh dengan posisi lambung berada di bawah, tapi nyamuk-nyamuk itu yang menghancurkannya. Hmmff...Allah Maha Melihat dan tahu derita apa yang dialami hamba-Nya ini.
Mesti pada bilang, kenapa gak pake lotion atau obat nyamuk bakar atau kipas angin?? Kujawab, aku gak doyan ama yang begituan. Pernah sekali nyoba, hasilnya sukses buat aku gak bisa tidur semaleman. Sepertinya aku memang dari alam suruh beradaptasi pada langkungan bernyamuk seperti ini, No Lotion No Obat Nyamuk Bakar No Kipas Angin. Bener-bener tradisional.
Ketika nyamuk-nyamuk itu mulai menyerang, aku mencoba cuek dengan dengungan sayapnya. Tapi, kalau dirasa begitu dekat, tanpa ba bi bu lagi...
PLLAAKK!!
Nyamuk itu metong gepeng di jidat.
Lagi...
PPLLLAAAAK!!
Satu lagi nemplok di pipi.
Lagi aaah..
PUUCCKK!!
Jidatku sakit karena tamparanku gak ngenain sasaran.
Dan seterusnya, aku gagal buat gepengin mereka. Yang ada malah aku gak tidur-tidur dan rasa sakit di sekitar kepala. Kuputuskan untuk mengakhiri perburuan. Aku khawatir bangun-bangun sekeluarga kaget melihat anaknya punya wajah bengkak dan memerah.
Udah jam 1, dua jam lagi sahur. Cukuplah buat microsleeping, pikirku. Satu dua menit...setengah jam...AAAAARRRRGGGHHH....Gak bisa tiduuurrr!! Damn. Akhirnya aku ikhlas melepaskan kebahagian tidurku pada nyamuk-nyamuk keparat itu. Aku mengibarkan bendera putih kepada mereka, aku menyerah.
Lalu sahur, sholat subuh. Tadarus dikit. Daaaaaaan molooooooorrr....
Bangun-bangun udah adzan dzuhur.
Huuuaaaaaakh....Tidaaaaaak!!
Apa dosaku??!!
kenapa ini terjadi di kehidupanku??!!
Satu hal yang paling aku benci ketika pulang ke rumah, disini nyamuk populasinya unlimited. Tidak seperti kontrakan di Semarang, mau berbalut celana pendek dan kaos daleman, nyamuk gak ada selera dengan darah segarku, kalaupun ada aku yakin mereka khilaf melakukannya. Aku berpikir sebanyak itu nyamuk-nyamuk itu kamu bunuh, sebanyak itu pula mereka masuk rumah. Gak ada habisnya. Ada beberapa diantara mereka yang mungkin saja menyambut selamat datang kepadaku. Mereka sudah tak sabar dengan aroma darahku. Dengan mengikat celemek dan mengasah mulut runcing yang menyebalkan itu, malam itu mereka menunggu makan malamnya terlelap.
Aku yang sudah hafal dengan situasi ini biasanya sebelum tidur harus cukup bersiap diri sebelum tidur. Yang wajib pakai biasanya sarung dan sweater lengan panjang. Oh ya, satu lagi kaos oblong putih buat nutupin kepala (Hmmm?!!). Justru yang satu itu penting karena sasaran empuk nyamuk-nyamuk itu buat gangguin tidur adalah sekitar kepala, khususnya kuping. Kain yang kupilih putih warna putih karena nyamuk demen banget sama warna-warna gelap apalagi hitam. Waktu tidur aku pastikan posisi hidung tidak dalam jangkauan nyamuk-nyamuk keparat itu karena gas karbondioksida yang kita keluarkan mengundang perhatian nyamuk. Ribet gila gak tuh?! Well memang begitu keadannya.
Buat aku sendiri, aku sangat selektif terhadap posisi tidur yang enak plus tidak dihabisi nyamuk. Pengen sih niru posisi tidurnya Rasululloh dengan posisi lambung berada di bawah, tapi nyamuk-nyamuk itu yang menghancurkannya. Hmmff...Allah Maha Melihat dan tahu derita apa yang dialami hamba-Nya ini.
Mesti pada bilang, kenapa gak pake lotion atau obat nyamuk bakar atau kipas angin?? Kujawab, aku gak doyan ama yang begituan. Pernah sekali nyoba, hasilnya sukses buat aku gak bisa tidur semaleman. Sepertinya aku memang dari alam suruh beradaptasi pada langkungan bernyamuk seperti ini, No Lotion No Obat Nyamuk Bakar No Kipas Angin. Bener-bener tradisional.
Ketika nyamuk-nyamuk itu mulai menyerang, aku mencoba cuek dengan dengungan sayapnya. Tapi, kalau dirasa begitu dekat, tanpa ba bi bu lagi...
PLLAAKK!!
Nyamuk itu metong gepeng di jidat.
Lagi...
PPLLLAAAAK!!
Satu lagi nemplok di pipi.
Lagi aaah..
PUUCCKK!!
Jidatku sakit karena tamparanku gak ngenain sasaran.
Dan seterusnya, aku gagal buat gepengin mereka. Yang ada malah aku gak tidur-tidur dan rasa sakit di sekitar kepala. Kuputuskan untuk mengakhiri perburuan. Aku khawatir bangun-bangun sekeluarga kaget melihat anaknya punya wajah bengkak dan memerah.
Udah jam 1, dua jam lagi sahur. Cukuplah buat microsleeping, pikirku. Satu dua menit...setengah jam...AAAAARRRRGGGHHH....Gak bisa tiduuurrr!! Damn. Akhirnya aku ikhlas melepaskan kebahagian tidurku pada nyamuk-nyamuk keparat itu. Aku mengibarkan bendera putih kepada mereka, aku menyerah.
Lalu sahur, sholat subuh. Tadarus dikit. Daaaaaaan molooooooorrr....
Bangun-bangun udah adzan dzuhur.
Huuuaaaaaakh....Tidaaaaaak!!
Apa dosaku??!!
kenapa ini terjadi di kehidupanku??!!