Reksa Dana saham ibarat parcel yang berisi bermacam-macam saham. Ambil contoh reksa dana saham BNP Paribas Pesona Syariah dimana minimum 80% alokasi dana di saham-saham sesuai syariah dan maksimum 20% pada Islamic money-market instruments. Tabel berikut saya kutip dari situs Bloomberg mengenai pengalokasian dana di BNP Paribas Pesona Syariah per 31 Desember 2011.
Investasi saham tidak lepas dari kondisi pasar yang bisa bergairah (bullish), lesu (bearish) atau tidak bergerak secara signifikan (sideways). Kondisi pasar yang berubah-ubah terkadang membuat investor bertanya-tanya mengenai kapan saat yang tepat untuk membeli reksa dana. Strategi market timing merupakan strategi yang sulit untuk diterapkan dimana titik terendah dan tertinggi baru dapat diketahui apabila titik tersebut sudah terlewati.
Nah, dari hasil online learning umumnya terdapat 4 metode berinvestasi di reksa dana saham :
1. Lump-sum
Lump-sum berarti menginvestasikan seluruh dana di awal periode. Misal, kita menginvestasikan 1,2 juta rupiah dengan membeli reksa dana pada saat NAB Rp 1.000,-. Dengan asumsi tidak ada biaya pembelian, maka jumlah unit yang akan diperoleh adalah 1200 unit. (Rp 1.200.000,- dibagi NAB 1000/unit).
Bulan
|
Jumlah Investasi
|
NAB/unit
|
Jumlah UP
|
Januari | Rp 1.200.000,- | Rp 1.000,- | 1200 |
Nilai investasi akan bergantung pada NAB pada saat itu. Misal pada bulan Desember NAB-nya 1.100, maka nilai investasi pada saat itu menjadi Rp 1.320.000,- (1200 unit x Rp 1.100).
Kelebihan strategi ini adalah anda tidak dipusingkan dengan timing dan pengalokasian dana sudah ditanamkan di saat awal. Kekurangannya ketika membeli reksa dana saat pasar sedang mencapai puncak dimana anda mendapatkan reksa dana dengan harga per unitnya yang sudah tinggi. Jika pasar ternyata berbalik arah dan menurun, tentu anda akan merugi.
2. Constant Share (CS)
Constant share berarti anda menginvestasikan dana untuk membeli reksa dana dengan jumlah unit yang sama secara berkala. Besarnya dana yang dikeluarkan akan bervariasi tergantung NAB pada saat pembelian. Misalnya anda berencana berinvestasi tahun ini sebanyak 1200 unit reksa dana per tahun, jadi anda membaginya menjadi 100 unit per bulan. Besarnya dana yang anda keluarkan adalah sebesar unit penyertaan yang dibeli dikalikan dengan NAB per unit pada saat pembelian.
Bulan
|
Jumlah Pembelian UP
|
NAB
|
Jumlah Investasi
|
Januari | 100 | 1100 | Rp 110.000,- |
Februari | 100 | 1025 | Rp 102.500,- |
Maret | 100 | 1050 | Rp 105.000,- |
April | 100 | 1100 | Rp 110.000,- |
Mei | 100 | 1100 | Rp 110.000,- |
Juni | 100 | 1125 | Rp 112.500,- |
Juli | 100 | 1120 | Rp 112.000,- |
Agustus | 100 | 1100 | Rp 110.000,- |
September | 100 | 1050 | Rp 105.000,- |
Oktober | 100 | 900 | Rp 90.000,- |
November | 100 | 1000 | Rp 100.000,- |
Desember | 100 | 1025 | Rp 102.500 |
Total | 1200 | Rp 1.269.500,- | |
Rata-rata | 1.058,00 |
Nilai investasi yang akan diperoleh kemudian akan bergantung pada NAB per unit penyertaan pada saat itu. Jika pada bulan Desember NAB per unit reksa dana tersebut adalah 1.025, maka nilai investasi pada saat itu menjadi Rp 1.230.000,- (1200 unit x Rp 1.025).
3. Dollar Cost Averaging (DCA)
Dollar Cost Averaging dilakukan dengan cara menginvestasikan dana dalam jumlah yang tetap secara berkala (semisal seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun sekali) selama periode tertentu ( 5 tahun, 10 tahun, dst). Sebagai misal menginvestasikan Rp 100.000,- per bulan selama setahun. Strategi ini dilakukan dengan tidak memedulikan kondisi pasar atau perekonomian dalam kondisi krisis atau tidak, kondisi pasar yang sedang bullish atau bearish, anda tetap melakukan investasi reksa dana saham secara rutin.
Bulan
|
Jumlah Investasi
|
NAB
|
Jumlah UP
|
Akumulasi UP
|
Nilai Investasi
|
Januari | Rp 100.000,- | 1100 | 90,9091 | 90,9091 | Rp 100.000,00 |
Februari | Rp 100.000,- | 1025 | 97,5610 | 188,4701 | Rp 193.181,82 |
Maret | Rp 100.000,- | 9025 | 11,0803 | 199,5504 | Rp 1.800.942,35 |
April | Rp 100.000,- | 1100 | 90,9091 | 290,4595 | Rp 319.505,44 |
Mei | Rp 100.000,- | 900 | 111,1111 | 401,5706 | Rp 361.413,54 |
Juni | Rp 100.000,- | 1125 | 88,8889 | 490,4595 | Rp 551.766,93 |
Juli | Rp 100.000,- | 950 | 105,2632 | 595,7226 | Rp 565.936,52 |
Agustus | Rp 100.000,- | 1100 | 90,9091 | 686,6317 | Rp 755.294,91 |
September | Rp 100.000,- | 1050 | 95,2381 | 781,8698 | Rp 820.963,33 |
Oktober | Rp 100.000,- | 900 | 111,1111 | 892,9809 | Rp 803.682,85 |
November | Rp 100.000,- | 1000 | 100,0000 | 992,9809 | Rp 992.980,94 |
Desember | Rp 100.000,- | 1025 | 97,5610 | 1090,5419 | Rp 1.117.805,47 |
Total | Rp 1.200.000,- | Rp 1.269.500,- | Rp 1.117.805,47 | ||
Rata-rata | 1100,3704 |
Ini istilahnya simulasi aja ya, anda bisa melakukan simulasi anda sendiri berdasar aktual kondisi pasar saat ini. Tabel diatas berada pada kondisi fluktuatif, artinya ada kondisi pas bullish, pas bearish, dan pas sideways yang ditunjukkan dengan kenaikan dan penurunan NAB. Dari tabel tersebut, harga NAB per unit rata-rata yang diperoleh adalah Rp 1.100 dengan nilai investasi pada akhir periode setahun Rp 1.117.805,47
4. Value Averaging
Value averaging artinya menginvestasikan dana dalam jumlah tertentu secara berkala sehingga pertambahan nilai investasinya selalu tetap. Saat harga turun, anda membeli lebih banyak, dan sebaliknya saat harga naik, anda membeli lebih sedikit untuk menyesuaikan nilai investasi.
Misalnya anda menginvestasikan uang sebesar satu juta rupiah dan menginginkan investasi tersebut bertambah Rp 100.000,- setiap bulan. Setelah satu bulan, anda harus melihat nilai aktual investasi dan mencari tahu perbedaan antara nilai yang diinginkan dan nilai aktual. Jika nilai yang diinginkan lebih besar dari nilai aktual, maka anda perlu menambah investasi dengan membeli kembali reksa dana untuk menutup kekurangan tersebut. Jika semisal nilai investasi yang diinginkan adalah Rp 1.100.000,- tetapi saat itu hanya bernilai Rp 950.000,-, maka anda harus menambah investasi sebesar Rp 150.000,-.
Happy Investing! ^^,